Sabtu, 02 Maret 2019

umbi-umbian


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
Umbi-umbian merupakan jenis komoditas yang banyak ditemukan di Indonesia. Umbi terdiri dari beberapa jenis diantaranya ada umbi batang, umbi akar, umbi udara, dan umbi lapis. Salah satu contoh dari umbi lapis adalah bawang putih.
Bawang putih (allium Sativum) telah diketahui sejak lama dapat digunakan sebagai bumbu masakan dan pengobatan. Banyak studi terbaru menunjukan efek farmakologis bawang putih, seperti anti bakteri, anti jamur, hipolipidemik, hipoglikemik, antitrombotik, anti oksidan dan anti kanker ( Song, 2001 ). Pada umbi bawang putih mengandung zat aktif allicin yang memiliki efek bakteriostatis dan bakteorisidal ( Untari, 2010 ).
Bawang putih yang berada dipasaran tidak selalu berasal  dari daerah itu  tetapi juaga terkadang dari tempat yang cukup jauh, karena bawang putih tidak dapat tumbuh disegala kondisi dan tempat, maka perlu  untuk mengetahui karakteristik fisik dari bawang putih guna pendistribuasian dan pengolahan yang baik, berdasarkan paparan diatas maka dilaksanakanalah praktikum ini.

1.2              Tujuan
Untuk memngetahui karakteristik fisik dari umbi lapis bawang putih


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Sejarah bawang putih
            Sejarah Tumbuhan Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan Jepang yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah pedalaman dan akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan buatan yang banyak kita temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
2.2.            Taksonomi bawang putih
            Kalasifikasi bawang putih adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Liliales
Famili : Liliceae
Genus : Allium
Spesies :Alllium sativum
(Hutapea, 2000)
2.3.            Kandungan kimia bawang putih
Bawang putih mengandung minyak atsiri yang sangat mudah menguap di udara bebas. Minyak atsiri dari bawang putih diduga mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan antiseptic. Sementara itu, zat yang diduga berperan memberi aroma bawang putih yang khas adalah alisin karena alisin mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh di dalam beberapa detik saja terurai menjadi senyawa dialil-sulfida. Di dalam tubuh, alisin merusak protein bakteri penyakit, sehingga bakteri penyakit tersebut mati. Allisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotika yang cukup ampuh ( Syamsiah dan Tajuddin, 2003 ).            
Tabel 2.1 Kandungan kimia lain yan ada dalam bawang putih per 100 gr sebagai berikut menurut ( Syamsiah dan Tajuddin, 2003 ):
Kandungan
Jumlah
Air
66,2 – 71,0 %
Kalori
95,0 – 122 kal
Protein
4,5 – 7 %
Lemak
0,2 – 0,3 g
Karbohidrat
23,1 – 24,6 g
Serat
0,7 %
Tiamin ( vit B1 )
Sedikit
Riboflavin ( vit b2 )
Sedikit
Asam askorbat ( vit C )
Sedikit
*kalsium
26,00 – 42 mg
Kalium
346 – 377,00 mg
Natrium
16,00 mg
Zat besi
1,40 – 1,50 mg
                *bersifat menenangkan sehingga cocok sebagai pencegah hipertensi.
2.4.            Aktivitas anti bakteri
Hasil penelitian Cavalito dan Bailey yang pertama kali dilakukan menunjukkan bahwa adanya aktivitas antibakteri bawang putih terutama karena senyawa allicin. Sensitivitas berbagai bakteri dan isolate klinis pada persiapan allicin murni sangat signifikan. Seperti terlihat pada tabel 2.2,menunjukkan bahwa efek antibakteri allicin adalah spectrum luas. Pada kebanyakan kasus, 50% mematikan dosis yang konsentrasinya agak lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk beberapa antibiotik. Menariknya, berbagai strain bakteri resisten terhadap antibiotic seperti S.aureus yang resisten terhadap methicilin dan juga strain enterotoxicogenik yang resisten terhadap berbagai jenis obat seperti sel Escherichia coli, Enterococcus, Shigella dysenteriae, S. flexneri, dan S. sonnei yang ditemukan sensitif akan allicin. Disisi lain, strain bakteri lain sperti strain mucoid dari Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus _ hemolyticus and Enterococcus faecium ditemukan resisten terhadap aktivitas dari allicin. Alas an dari efek resisten ini tidak jelas. Diasumsikan bahwa kapsul hidropilik atau lapisan mukosa mencegah penetrasi dari allicin ke bakteri, tapi hal ini perlu studi lebih lanjut ( Ankri Serge dan Mirelman David, 1999 ).
Allicin adalah komponen sulfur teroksigenasi, terbentuk ketika siung bawang putih dihancurkan. Alliin adalah prekursor stabil dari allicin dan tersimpan dalam ruangan pada tanaman yang memisahkannya dari enzim alliinase (juga dinamakan alliin lyase). Ketika dihancurkan, mereka bercampur dan alliin diubah degan cepat menjadi allicin oelh aktivitas dari enzim ini ( Ankri Serge dan Mirelman David, 1999 ).
Allicin dipandang sebagai agen antibakteri yang ditemukan pada kandungan senyawa ekstrak bawang putih, namun dapat menjadi tidak stabil , rusak dalam 16 jam di suhu 23̊C. Tetapi, penggunaan ekstrak berbasis air dari allicin menstabilkan molekul allicin. Hal ini dapat terjadi karena 2 faktor : Ikatan hydrogen dari air ke atom oksigen reaktif di allicin dapat menurunkan ketidakstabilannya, dan atau terdapat komponen yang dapat larut di bawang putih yg dihancurkan yg dapat menstabilkan molekul ( Cutler RR, P Witson, 2004 ).
2.5.            Manfaat bawang putih
Selain sebagai penyedap makanan, bawang putih memiliki beberapa manfaat, seperti :
a.       Potensi Antidiabetes
Berdasarkan Laporan dari WHO, bawang putih dapat digunakan untuk membantu pengobatan hiperglikemia. Menurut sebuah laporan oleh Ryan et all, sepertiga pasien diabetes mengambil obat alternatif yang mereka anggap berkhasiat, yaitu bawang putih yang paling umum digunakan. Bawang putih konstituen yang disiapkan oleh berbagai cara telah terbukti memiliki aktivitas antidiabetes. Pada pasien diabetes, dilaporkan bahwa minyak bawang putih dapat memperbaiki hiperglikemia. Selain itu, berbagai prekursor konstituen dialil sulfyda bawang putih, S-allyl- 16 sistein sulfoksida (allin), telah terbukti memiliki efek hipoglikemik .
b.      Potensi Antimikroba
Sifat antibakteri yang dimiliki bawang putih telah dikenal sejak lama. Berbagai persiapan bawang putih telah ditunjukkan untuk spektrum luas dari aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gramnegatif dan bakteri Gram positif termasuk spesies Escherichia, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus, Bacillus, dan Clostridium. Bahkan bakteri seperti Mycobacterium tuberculosis sensitif terhadap bawang putih.
c.       Potensi Antijamur
Pengenceran tinggi ekstrak Allium sativum, atau bawang putih, telah terbukti memiliki fungistatic dan aktivitas fungisida in vitro dan in vivo. Pada spesies ekstrak A. sativum yang banyak digunakan untuk mengobati pasien dengan infeksi jamur sistemik. d. Potensi Imunomodulator Allium sativum merupakan tanaman obat yang penting memiliki efek imunomodulator.
d.      Potensi Anti inflamasi
Kehadiran berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih dan efek pada produksi sitokin leukosit yang diteliti secara in vitro dengan menggunakan aliran multiparameter cytometry. Dengan menghambat Th1 dan sitokin inflamasi sementara produksi IL-10, pengobatan dengan ekstrak bawang putih dapat membantu untuk mengatasi peradangan yang terkait dengan IBD ( Matthew, 2009 ).

2.6.            Dosis Bawang Putih
Dosis efektif penggunaan bawang putih tidak ditentukan. Secara umum, dosis yang digunakan pada orang dewasa adalah 4 gram (satu sampai dua siung) bawang putih mentah per hari, 300 mg bubuk bawang putih kering, 2 sampai 3 kali per hari atau penggunaan ekstrak bawang putih 7,2 gram per hari ( Tattelman, 2005 ).
Berbagai penelitian yang menggunakan bubuk bawang putih dengan dosis 600-900mg per hari, yang mengandung 3,6-5,4mg allicin merupakan komponen aktif bawang putih.18 Saat ini, terdapat beberapa preparat bawang putih di pasaran, meliputi garlic powder, garlic oil, garlic raw; aged garlic extract merupakan preparat pilihan untuk pengobatan hipertensi (Amagase H et al, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Amagase H et al. 2001. Intake of Garlic and Its Bioactive Components. Journal Of Nutrition.
Tattelman E. 2005. Health Effects of Garlic. Am. Family Physician.
Matthew, Titus. 2009. Efficacy of Allium sativum (Garlic) Bulbs Extracts on Some Enteric (Pathogenic) Bacteria. New York Science Journal.New York.
Cutler RR, P Witson. 2004. Antibacterial Activity Of A New, Stable, Aqueous Extract Of Allicin Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. J Brititish of Biomedical Science. London.
Ankri Serge,Mirelman David. 1999. Antimicrobial Properties Of Allicin From Garlic.Departemen of Biological Chemistry. Israel.
Syamsiah,Tajuddin. 2003. Khasiat & manfaat bawang putih raja antibiotik alam. Agromedia Pustaka.
Hutapea J.R. 2000. Allium Sativum,Inventaris Tanaman Obat Indonesia.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Song, K. and J. A. Milner. 2001. The influence of heating on the anticancer properties of garlic. Journal of Nutrition 131: 1054S–1057S
Untari, Ida. 2010. “Bawang Putih Sebagai Obat Paling Mujarab Bagi Kesehatan”. Jurnal Gaster, Vol.7 (1). Hal: 547 – 554.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar