Sabtu, 02 Maret 2019

fermentasi pada produk olahan pangan


LAPORAN PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI PADA PRODUK OLAHAN PANGAN                                    ( TAPE SINGKONG )”
Nama              : Willyam Siringo Ringo
NIM                : J1A116050
Kelompok      : 1 ( satu )
Shift                : 1 ( Satu )
Asistens         : Ika Gusriani, S.TP., M.P







Nilai laporan
Tanggal terima laporan dan paraf asiten






JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
LAPORAN PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI PADA PRODUK OLAHAN PANGAN                                    ( TAPE KETAN )”
Nama              : Pryanto Perintis Simbolon
NIM                : J1A116016
Kelompok      : 4 ( empat )
Asistensi         : Ika Gusriani, S.TP., M.P








Nilai laporan
Tanggal terima laporan dan paraf asiten






JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
LAPORAN PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI PADA PRODUK OLAHAN PANGAN                                    ( TAPE SINGKONG )”
Nama              : Darwanto
NIM                : J1A116062
Kelompok      : 3 ( tiga )
Asistensi         : Ika Gusriani, S.TP., M.P







Nilai laporan
Tanggal terima laporan dan paraf asiten







JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018



LAPORAN PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI PADA PRODUK OLAHAN PANGAN                                    ( TAPE SINGKONG )”
Nama              : Indra Dermawan Muslim
NIM                : J1A116038
Kelompok      : 3 ( tiga )
Asistensi         : Ika Gusriani, S.TP., M.P







Nilai laporan
Tanggal terima laporan dan paraf asiten



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang 
Tape merupakan salah satu makanan fermentasi dengan bahan baku singkong. Ciri khas dari tape adalah memiliki rasa yang manis dan  berbau asam dan mengandung alkohol. Proses fermentasi merupakan  hidrolisis pati menjadi glukosa dan sebagian glukosa diubah menjadi alkohol. Dalam proses fermentasi mikroorgannisme yang  digunakan biasanya ragi. Ragi merupakan khamir (saccharomyces cerevisiae) yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat  (pati  ) mejadi gula dan alkohol. Proses tersebut juga menyebabkan tekstur tape menjadi lunak dan empuk.
Untuk mengetahui kadar alkoholdalam tape dibutuhkan pengujian salah satunya dengan pengujian kromatografi  Gas (GC) yaitu teknik kromatografi yang bisa memisahkan senyawa organik yang mudah menguap.
Jumlah ragi yang ditaburkan dan keadaan fermentasi anaerob dalam singkong akan mempengaruhi proses fermentasi, dan hasil organoleptik terhadap tape. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum fermentasi tape ini.

2.2.Tujuan
Mengetahui proses pembuatan tape dengan baik dan benar serta mengetahui karakteristik tape yang memiliki kualitas yang baik.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Definisi dan Taksonomi Singkong
Singkong (Manihot utilisima atau Manihot esculenta crantz) merupakan salah satu tanaman yang tersebar luas di Indonesia dan sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara di dunia. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa tanaman singkong berasal dari Amerika yang beriklim tropis dan seorang ahli botani Rusia, Nikolai Ivanovick Vavilov, memastikan bahwa tanaman singkong berasal dari Brasil (Benua Amerika bagian selatan) (Gardjito dkk, 2013).
Singkong merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada 30º lintang utara sampai 30º lintang selatan dan sebagian besar berkembang di 20º lintang utara sampai 20° lintang selatan serta membutuhkan iklim lembab. Pertumbuhan singkong akan berhenti di bawah temperatur 10 oC. Pertumbuhan singkong yang paling banyak di dataran rendah tropis, di ketinggian 150 meter dari permukaan laut dengan temperatur rata-rata 25 sampai 27 °C, tetapi ada beberapa varietas singkong yang tumbuh sampai pada ketinggian 1500 meter dari permukaan laut. Singkong juga dapat tumbuh dengan baik ketika curah hujan cukup melimpah. Curah hujan setiap tahun yang dibutuhkan untuk pertumbuhan singkong sebesar 500 mm sampai 5000 mm. Singkong dapat tumbuh pada tanah liat berpasir atau tanah liat berpasir yang lembab dan subur ataupun jenis tanah yang lain dengan tekstur tanah cukup gembur untuk memungkinkan perkembangan umbi (Grace, 1977).
Berdasarkan data luas panen dari Badan Pusat Statistik, produktivitas singkong di Indonesia mencapai 24 juta ton pada tahun 2011, sehingga masih banyak peluang untuk pengolahan singkong menjadi aneka macam makanan dan tepung (BPS, 2013).
Singkong merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang memiliki kadar gizi yang baik untuk kesehatan. Adapun komposisi kimia singkong disajikan pada tabel 1 dibawah.
Tabel 1. Daftar komposisi kimia singkong/100 gr
Komponenprotein
Kadar
Komponen  (gr)
Kadar
Protein  (gr)
1,2
Vitamin B1  (gr)
0,06
Lemak (gr)
0,3
Vitamin C (gr)
30
Karbohidrat (gr)
34,7
Air  (gr)
6,25
Kalsium  (gr)
33


Fosfor (gr)
40


Besi  (gr)
0,7


 Direktorat Gizi, Departemen kesehatan R.I, (1992).
Untuk bahan tape, para pengrajin lebih senang dengan singkong yang tidak pahit, rasanya enak dan daging umbi berwarna kekuningan seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau Adira-1. Tetapi untuk industri pangan yang berbasis tepung atau pati singkong, diperlukan singkong yang umbinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi. Umbi singkong dengan kadar HCN yang tinggi tidak menjadi masalah karena bahan racun tersebut akan hilang selama proses produksi tepung dan pati, seperti pada varietas UJ-3, UJ-5, Malang-4, Malang-6 atau Adira-4 (Sundari, 2010).

2.2.      Khamir
Khamir dan kapang merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama (Rukamana, 2001).

2.3.      Tapai
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat seperti beras k etan dan ubi kayu. Dalam proses fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai tertentu timbul rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna selama proses fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa, 2010).
Mikroorganisme yang terdapat didalam ragi tape adalah kapang Amylomyyces rouxi, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; kamir Saccharomycopsis Fibuligera, Saccharomyccopis malanga, Pichia burtoni, Saccharomyces cerevisiae, dan candida utilis, serta bakteri Pediococcus sp, dan Baccilus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama menghasilkan tape.

2.4.      Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tapai,  dan lain-lain (Nurhayani, 2001).
Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun terutama di daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau wadah alternatif yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai seperti plastik, gelas dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui apakah wadah fermentasi dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan (Sutanto, 2006).
Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme yang tumbuh  semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengarhui aktivitas mikroorganisme. Dari hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh dan fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme rendah (Hidayati, 2013).

2.5.      Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara-carapengujian karakteristik bahan pangan dengan menggunakan indera manusia di antaranya termasuk indera penglihatan, pembau, perasa, peraba dan pendengar (Rosyidi. 2008).
Pengujian organoleptik merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengujian karakteristik bahan pangan dengan menggunakan indera manusia di antaranya termasuk indera penglihatan, pembau, perasa, peraba dan pendengar. Pengujian Organoleptik pada umumnya mengamati tentang warna, bau atau aroma, rasa dan tekstur dari sampel yang diuji.




BAB III
METODOLOGI
3.1.       Tempat dan Waktu
Pada praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 April 2018 pada pukul 09.40 WIB sampai dengan selesai dan bertempat di laboratorium pengolahan (dapur) Fakultas Teknologi Pertanian  Universitas Jambi.

3.2.       Alat dan Bahan
Adapun alat alat yang digunakan saat praktikum adalah pisau, talenan baskom, toples besar, daun pisang, kompor Gas beserta tabunng gas berisi, periuk, lidi, saringan dan kenlap sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah ragi, Ubi kayu ( singkong ) dan air bersih.

3.3.       Prosedur Kerja
Disisapkan semua alat dan bahan, singkong dikupas dan dikikis bagian kulit arinya hingga kesat, kemudian singkon dipotong sesuai dengan keinginan. Singkong dicuci hingga bersih dan ditiriskan hingga cukup kering. Sementara menunggu singkong kering, dimasukan air kedalam panci dan dipanaskan dengan kompor sampai mendidih. Setelah air mendidih, singkong dimasukan kedalam panci dan dikukus hingga singkong menjadi tiga per empat matang, kira-kira  sampai ketika daging singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu. Setelah itu singkong diangkat dan ditiriskan disuatu wadah  kemudian didinginkan. Setelah, itu siapkan toples yang dibawahnya telah dilapisi daun pisang dan ditaburi sedikit ragi halus untuk fermentasi singkong menjadi tapi. Setelah singkong dingin, masukan singkong kedalam toples, dan ditaburi lagi denagn ragi halus. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembali dengan daun pisang. Singkong ini harus benar benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah itu toples ditutup rapat dan didiamkan selam 2-4 hingga sudah terasa agak lunak dan manis, kemudian dilakukan uji organoleptik terhadap tape singkong. 







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.       Hasil
Tabel 1. Hasil pengujian organoleptik terhadap tapi singkong dan tapai ketan hitam
penilaian
Kelompok
I
II
III
IV
Rasa
5
-
6
5
Aroma
5
-
6
5
Tekatur
6
-
5
6
Warna
5
-
5
5
Penampakan
5
-
5
5
Rata-rata
5,2
-
5,4
5,2
                          
Kriteria penilaian : 1 = Sangat tidak suka
2 = Kurang suka
                           3 = Tidak suka
                           4 = Agak suka
                           5 = Suka
                           6 = Sangat suka
Keterangan :
Kelompok I dan IV       : Tapai ketan
Kelaompok II dan III    : Tapai Singkong

4.2.       Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk Mengetahui cara pembuatan tape dengan baik dan benar serta mengetahui karakteristik tape yang memiliki kualitas yang baik. Pembuatan tape ini diawali dengan penghilangan bagian yang tidak dapat dimakan dari singkong dengan cara mengulitinya  dan mencucinya.
Sebelum perebusan singkong dilakukan pemotongan singkong (pengecilan ukuran) agar dapat mempercepat proses pemasakan dan mempermudah dalam pemasakan dan melakukan fermentasi. Singkong di rebus hingga 3 perempat bagian masak, ketika singkong telah masak 3 perempat bagian didinginkan terlebih dahulu kemudian dimasukan kedalam toples yang telah dilapisi oleh daun pisang dan telah ditaburi ragi dan setiap sinkong yang akan ditindi diberi ragi terlebih dahulu agar ragi tersebar merata dan fermentasi sempurna. Adapun fermentasi ini dilakukan secara anaerob ( tanpa oksigen) dengan menutup toples yang telah dimasukan ubi yang telah ditaburi ragi secukupnya. Adapun waktu pengamatan yang dilakukan adalah selama 3 – 5 hari.
Dalam praktikum ini digunakan daun pisang, stoples besar, ragi, dan ubi kayu. Penggunaan daun pisang ini untuk  melapisi toples agar saat fermentasi tidak terjadi reaksi tambahan yaitu reaksi zat yang ada didalam stoples dan menjamin keadaan fermentasi benar-benar anaerob, sedangkan penggunaan stoples sebagai tempat melakukan fermentasi agar bisa tertutup rapat dan memiliki volume yang besar sehingga jumlah bahan yang difermentasi dapat dilakukan dengan skala besar.
Sebelum difermentasi singkon harus dimasak terlebih dahulu guna untuk membunuh bakteri patogen dan lama pengukusan serta fermentasi akan mempengaruhi tekstur dari tape hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004) lama pengukusan singkong dan lama fermentasi juga dapat mempengaruhi tekstur tape. Penggunaan ragi digunakan untuk merombak senyawa karbohidrat menjadi asam dan alkohol oleh  bakteri. Singkong atau ubi rebus digunakan sebagai bahan dasar dan nantinya sebagai substrat bagi khamir Saccharomyces cerevisiae dalam proses fermentasi.
Khamir dan kapang merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam ubi, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut.
Hasil praktikum yang didapat pada saat pengamatan hari ketiga tapai masi sangat asam, rasa manis yang timbul belum terlalu menonjol ( sedikit ) dan tapai masi agak keras, sehingga dilanjutkan fermentasi hingga hari kelima. Pada hari kelima fermentasi asam yang ditimbulkan sangat asam, tapai sudah berair, beraroma alkohol dan tapi sudah lembut. Hal diatas sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Rukamana (2001),” Dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama”.
Pada uji kulitas organoleptik tapai yang dilakukan yaitu rasa, aroma, tekstur, warna, dan penampakan :
a.       Rasa
Dalam uji organoleptik tapai kelompok 3 memiliki rasa terbaik, dimana panelis sanagat suka dengan rasa tapi tersebut. Adapun yang dapat menyebabkan perubahan rasa adalah waktu fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin asam rasa tape yang dihasilkan.  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.
b.      Aroma
Dari hasil uji organoleptik  aroma paling disukai adalah tape singkong kelompok 3. Aroma tape juga sangat dipengruhui oleh waktu fermentasi. Lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap kadar etanol. Tape memiliki aroma yang khas yaitu sedikit beralkohol (Astawan, 2010).
c.       Tekstur
Tekstur tape terbaik yaitu pada kelompok empat dimana tape tidak begitu berair, dan tidak terlalu lembek hasilnya. Daam fermentasi semakin lama waktu fermentasi dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang semakin banyak.
d.      Warna dan penampakan
Warna dari fermentasi tape pada singkong diengaruhi oleh jenis singkong yang digunakan untuk difermentasi dan proses perebusan singkong. Penampakan dari singkong akan dipengaruhi oleh kandungan zat  yang terdapat dalam singkong, waktu fermentasi dan jumlah ragi yang digunakan. 
Proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
1.      Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
2.      Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
3.      Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
4.      Sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang memberi cita rasa pada tape.












BAB V
PENUTUP
5.1.       Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembuatan tapai teridri dari pembersiahan bahan baku dari yang tidak dapat konsumsi, perebusan , penirisan serta pendinginan, dan hinggaa pemberian ragi dan penyimpanan ( fermentasi ). Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi. Ciri-ciri tape yang baik dan bermutu yaitu harum, enak, legit, dan tidak menyengat karena terlalu tinggi kadar alkoholnya.

5.2.       Saran
Dalam praktikum fermentasi ini sebaiknya praktikan bekerja selalu dalam keadaan steril agar tape tidak terkontaminasi oleh mikroba lain yang dpat mengubah cita rasa dari tape.














DAFTAR PUSTAKA
Santoso. 2010 .Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Journal. Unwidha.Ac.Id/Index Php/Magistra/Article/…/57Translate This Page. Diakses 12 April 2013.
Astawan, Made. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta: Tiga Serangkai.
Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit SIngkong. Vol. 7 No. 1.
Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubikayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai Penelitian KacangKacangan dan Umbi-Umbian. Malang
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Jakarta.
BPS. 2013. Tanaman Pangan. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta. 2 hlm.
Grace, M.R. 1977. Cassava Processing. Food and Agriculture Organization of United Nations. Roma
Gardjito, Murdijati, dkk. 2013. Pangan Nusantara Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih Singkong  Melalui  Fermentasi  dengan  Dosis  Ragi yang Berbeda. Vol. 2 No. 1.
Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit SIngkong. Vol. 7 No. 1.
Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi. Vol. 6. No. 1.
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius
Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. 2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73.
Sutanto, Teja Dwi. Dkk.2006. Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil Fermentasi  Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1

Lampiran

Gambar 1.
Penjemuran Ragi

Gambar 2.
Penghancuran Ragi

Gambar 3.
Pencucian Singkong

Gambar 4.
Singkong Dimasukan Kedalam Kukusan

Gambar 5.
Proses Pengukusan Singkong

Gambar 6.
Pendinginan Singkong Yang Telah di Kukus

Gambar 7.
Toples yang telah diberi daun pisang


Gambar 8.
Singkong yang telah diberi ragi

Gambar 9.
Singkong yang telah difermentasi selama 5 hari menjadi tape singkong