LAPORAN
PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI
PADA PRODUK OLAHAN PANGAN ( TAPE
SINGKONG )”
Nama : Willyam Siringo Ringo
NIM : J1A116050
Kelompok : 1 ( satu )
Shift : 1 ( Satu )
Nilai
laporan
|
Tanggal
terima laporan dan paraf asiten
|
|
|
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
LAPORAN
PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI
PADA PRODUK OLAHAN PANGAN ( TAPE
KETAN )”
Nama : Pryanto Perintis Simbolon
NIM : J1A116016
Kelompok : 4 ( empat )
Asistensi
: Ika Gusriani, S.TP., M.P
Nilai
laporan
|
Tanggal
terima laporan dan paraf asiten
|
|
|
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
LAPORAN
PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI
PADA PRODUK OLAHAN PANGAN
( TAPE SINGKONG )”
Nama : Darwanto
NIM : J1A116062
Kelompok : 3 ( tiga )
Asistensi
: Ika Gusriani, S.TP., M.P
Nilai
laporan
|
Tanggal
terima laporan dan paraf asiten
|
|
|
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
LAPORAN
PRAKTIKUM PRINSIP PROSES PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
“FERMENTASI
PADA PRODUK OLAHAN PANGAN ( TAPE
SINGKONG )”
Nama : Indra Dermawan Muslim
NIM : J1A116038
Kelompok : 3 ( tiga )
Asistensi
: Ika Gusriani, S.TP., M.P
Nilai
laporan
|
Tanggal
terima laporan dan paraf asiten
|
|
|
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Tape merupakan salah satu makanan
fermentasi dengan bahan baku singkong. Ciri khas dari tape adalah memiliki rasa
yang manis dan berbau asam dan
mengandung alkohol. Proses fermentasi merupakan
hidrolisis pati menjadi glukosa dan sebagian glukosa diubah menjadi
alkohol. Dalam proses fermentasi mikroorgannisme yang digunakan biasanya ragi. Ragi merupakan khamir
(saccharomyces cerevisiae) yang
berfungsi untuk mengubah karbohidrat (pati ) mejadi gula dan alkohol. Proses tersebut
juga menyebabkan tekstur tape menjadi lunak dan empuk.
Untuk mengetahui kadar alkoholdalam
tape dibutuhkan pengujian salah satunya dengan pengujian kromatografi Gas (GC) yaitu teknik kromatografi yang bisa
memisahkan senyawa organik yang mudah menguap.
Jumlah ragi yang ditaburkan dan
keadaan fermentasi anaerob dalam singkong akan mempengaruhi proses fermentasi,
dan hasil organoleptik terhadap tape. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum
fermentasi tape ini.
2.2.Tujuan
Mengetahui proses pembuatan tape
dengan baik dan benar serta mengetahui karakteristik tape yang memiliki
kualitas yang baik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Definisi
dan Taksonomi Singkong
Singkong (Manihot
utilisima atau Manihot esculenta crantz) merupakan salah satu tanaman yang
tersebar luas di Indonesia dan sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara di
dunia. Beberapa ahli botani menyatakan bahwa tanaman singkong berasal dari
Amerika yang beriklim tropis dan seorang ahli botani Rusia, Nikolai Ivanovick
Vavilov, memastikan bahwa tanaman singkong berasal dari Brasil (Benua Amerika
bagian selatan) (Gardjito dkk, 2013).
Singkong merupakan
tanaman tropis yang tumbuh pada 30º lintang utara sampai 30º lintang selatan
dan sebagian besar berkembang di 20º lintang utara sampai 20° lintang selatan
serta membutuhkan iklim lembab. Pertumbuhan singkong akan berhenti di bawah
temperatur 10 oC. Pertumbuhan singkong yang paling banyak di dataran rendah
tropis, di ketinggian 150 meter dari permukaan laut dengan temperatur rata-rata
25 sampai 27 °C, tetapi ada beberapa varietas singkong yang tumbuh sampai pada
ketinggian 1500 meter dari permukaan laut. Singkong juga dapat tumbuh dengan
baik ketika curah hujan cukup melimpah. Curah hujan setiap tahun yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan singkong sebesar 500 mm sampai 5000 mm. Singkong
dapat tumbuh pada tanah liat berpasir atau tanah liat berpasir yang lembab dan
subur ataupun jenis tanah yang lain dengan tekstur tanah cukup gembur untuk
memungkinkan perkembangan umbi (Grace, 1977).
Berdasarkan data luas
panen dari Badan Pusat Statistik, produktivitas singkong di Indonesia mencapai
24 juta ton pada tahun 2011, sehingga masih banyak peluang untuk pengolahan
singkong menjadi aneka macam makanan dan tepung (BPS, 2013).
Singkong merupakan bahan
pangan sumber karbohidrat yang memiliki kadar gizi yang baik untuk kesehatan.
Adapun komposisi kimia singkong disajikan pada tabel 1 dibawah.
Tabel 1. Daftar komposisi
kimia singkong/100 gr
Komponenprotein
|
Kadar
|
Komponen (gr)
|
Kadar
|
Protein (gr)
|
1,2
|
Vitamin B1 (gr)
|
0,06
|
Lemak (gr)
|
0,3
|
Vitamin C (gr)
|
30
|
Karbohidrat (gr)
|
34,7
|
Air (gr)
|
6,25
|
Kalsium (gr)
|
33
|
|
|
Fosfor (gr)
|
40
|
|
|
Besi (gr)
|
0,7
|
|
|
Direktorat Gizi, Departemen kesehatan R.I,
(1992).
Untuk bahan tape, para
pengrajin lebih senang dengan singkong yang tidak pahit, rasanya enak dan
daging umbi berwarna kekuningan seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau
Adira-1. Tetapi untuk industri pangan yang berbasis tepung atau pati singkong, diperlukan
singkong yang umbinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati
yang tinggi. Umbi singkong dengan kadar HCN yang tinggi tidak menjadi masalah
karena bahan racun tersebut akan hilang selama proses produksi tepung dan pati,
seperti pada varietas UJ-3, UJ-5, Malang-4, Malang-6 atau Adira-4 (Sundari,
2010).
2.2.
Khamir
Khamir dan kapang merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang
terkandung dalam bahan, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah
mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula
yang ada dalam tape tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering
dijumpai adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh adanya
kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti,
misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat
fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama (Rukamana,
2001).
2.3.
Tapai
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras k etan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi
menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma
semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang
merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh
kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai
tertentu timbul rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh
perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi
yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna selama proses fermentasi
berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam
Santosa, 2010).
Mikroorganisme yang
terdapat didalam ragi tape adalah kapang Amylomyyces rouxi, Mucor sp., dan
Rhizopus sp.; kamir Saccharomycopsis Fibuligera, Saccharomyccopis malanga,
Pichia burtoni, Saccharomyces cerevisiae, dan candida utilis, serta bakteri
Pediococcus sp, dan Baccilus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja
sama menghasilkan tape.
2.4.
Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat
menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar
merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi
fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan
minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis,
kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti
asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan
oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah
biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tapai, dan lain-lain (Nurhayani, 2001).
Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun pisang
sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun terutama di
daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau wadah alternatif
yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai seperti plastik, gelas
dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui apakah wadah fermentasi
dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap kandungan etanol dalam tapai
yang dihasilkan (Sutanto, 2006).
Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan
mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme yang tumbuh semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut
habis. Proses pemecahan karbohidrat dipengarhui aktivitas mikroorganisme. Dari
hasil fermentasi yang dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi
mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini
dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada
fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh dan fermentasi hari ke 3
didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme rendah (Hidayati, 2013).
2.5.
Organoleptik
Pengujian organoleptik
merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara-carapengujian karakteristik bahan
pangan dengan menggunakan indera manusia di antaranya termasuk indera
penglihatan, pembau, perasa, peraba dan pendengar (Rosyidi. 2008).
Pengujian organoleptik
merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengujian karakteristik bahan
pangan dengan menggunakan indera manusia di antaranya termasuk indera penglihatan,
pembau, perasa, peraba dan pendengar. Pengujian Organoleptik pada umumnya
mengamati tentang warna, bau atau aroma, rasa dan tekstur dari sampel yang
diuji.
BAB
III
METODOLOGI
3.1.
Tempat
dan Waktu
Pada praktikum kali ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 11 April 2018 pada pukul 09.40 WIB sampai dengan selesai dan
bertempat di laboratorium pengolahan (dapur) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi.
3.2.
Alat
dan Bahan
Adapun alat alat yang
digunakan saat praktikum adalah pisau, talenan baskom, toples besar, daun
pisang, kompor Gas beserta tabunng gas berisi, periuk, lidi, saringan dan
kenlap sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah ragi, Ubi kayu ( singkong ) dan
air bersih.
3.3.
Prosedur
Kerja
Disisapkan semua alat dan
bahan, singkong dikupas dan dikikis bagian kulit arinya hingga kesat, kemudian
singkon dipotong sesuai dengan keinginan. Singkong dicuci hingga bersih dan
ditiriskan hingga cukup kering. Sementara menunggu singkong kering, dimasukan
air kedalam panci dan dipanaskan dengan kompor sampai mendidih. Setelah air
mendidih, singkong dimasukan kedalam panci dan dikukus hingga singkong menjadi
tiga per empat matang, kira-kira sampai
ketika daging singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu. Setelah itu singkong
diangkat dan ditiriskan disuatu wadah
kemudian didinginkan. Setelah, itu siapkan toples yang dibawahnya telah
dilapisi daun pisang dan ditaburi sedikit ragi halus untuk fermentasi singkong
menjadi tapi. Setelah singkong dingin, masukan singkong kedalam toples, dan
ditaburi lagi denagn ragi halus. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian
ditutup kembali dengan daun pisang. Singkong ini harus benar benar tertutup
agar mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah itu toples ditutup rapat dan
didiamkan selam 2-4 hingga sudah terasa agak lunak dan manis, kemudian
dilakukan uji organoleptik terhadap tape singkong.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Tabel 1. Hasil pengujian
organoleptik terhadap tapi singkong dan tapai ketan hitam
penilaian
|
Kelompok
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
Rasa
|
5
|
-
|
6
|
5
|
||
Aroma
|
5
|
-
|
6
|
5
|
||
Tekatur
|
6
|
-
|
5
|
6
|
||
Warna
|
5
|
-
|
5
|
5
|
||
Penampakan
|
5
|
-
|
5
|
5
|
||
Rata-rata
|
5,2
|
-
|
5,4
|
5,2
|
||
Kriteria penilaian : 1 = Sangat tidak suka
2 = Kurang suka
3 = Tidak suka
4 = Agak suka
5 = Suka
6 = Sangat suka
Keterangan :
Kelompok I dan IV : Tapai ketan
Kelaompok II dan III : Tapai Singkong
4.2.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini
bertujuan untuk Mengetahui cara pembuatan tape dengan baik dan benar serta
mengetahui karakteristik tape yang memiliki kualitas yang baik. Pembuatan tape
ini diawali dengan penghilangan bagian yang tidak dapat dimakan dari singkong
dengan cara mengulitinya dan mencucinya.
Sebelum perebusan
singkong dilakukan pemotongan singkong (pengecilan ukuran) agar dapat
mempercepat proses pemasakan dan mempermudah dalam pemasakan dan melakukan
fermentasi. Singkong di rebus hingga 3 perempat bagian masak, ketika singkong
telah masak 3 perempat bagian didinginkan terlebih dahulu kemudian dimasukan
kedalam toples yang telah dilapisi oleh daun pisang dan telah ditaburi ragi dan
setiap sinkong yang akan ditindi diberi ragi terlebih dahulu agar ragi tersebar
merata dan fermentasi sempurna. Adapun fermentasi ini dilakukan secara anaerob
( tanpa oksigen) dengan menutup toples yang telah dimasukan ubi yang telah
ditaburi ragi secukupnya. Adapun waktu pengamatan yang dilakukan adalah selama
3 – 5 hari.
Dalam praktikum ini
digunakan daun pisang, stoples besar, ragi, dan ubi kayu. Penggunaan daun
pisang ini untuk melapisi toples agar
saat fermentasi tidak terjadi reaksi tambahan yaitu reaksi zat yang ada didalam
stoples dan menjamin keadaan fermentasi benar-benar anaerob, sedangkan
penggunaan stoples sebagai tempat melakukan fermentasi agar bisa tertutup rapat
dan memiliki volume yang besar sehingga jumlah bahan yang difermentasi dapat
dilakukan dengan skala besar.
Sebelum difermentasi
singkon harus dimasak terlebih dahulu guna untuk membunuh bakteri patogen dan
lama pengukusan serta fermentasi akan mempengaruhi tekstur dari tape hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawan (2004) lama
pengukusan singkong dan lama fermentasi juga dapat mempengaruhi tekstur tape. Penggunaan
ragi digunakan untuk merombak senyawa karbohidrat menjadi asam dan alkohol
oleh bakteri. Singkong atau ubi rebus digunakan
sebagai bahan dasar dan nantinya sebagai substrat bagi
khamir Saccharomyces cerevisiae dalam proses fermentasi.
Khamir dan kapang merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang
terkandung dalam ubi, menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah
mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula
yang ada dalam tape tersebut.
Hasil praktikum yang
didapat pada saat pengamatan hari ketiga tapai masi sangat asam, rasa manis
yang timbul belum terlalu menonjol ( sedikit ) dan tapai masi agak keras,
sehingga dilanjutkan fermentasi hingga hari kelima. Pada hari kelima fermentasi
asam yang ditimbulkan sangat asam, tapai sudah berair, beraroma alkohol dan
tapi sudah lembut. Hal diatas sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh
Rukamana (2001),” Dalam proses
pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai adanya tape yang berasa masam.
hal ini dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses
pembuatan tape yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan
penutupan bahan pada saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi yang
terlalu lama”.
Pada uji kulitas organoleptik tapai yang dilakukan yaitu rasa, aroma,
tekstur, warna, dan penampakan :
a.
Rasa
Dalam uji organoleptik tapai kelompok 3 memiliki rasa terbaik, dimana
panelis sanagat suka dengan rasa tapi tersebut. Adapun yang dapat menyebabkan perubahan
rasa adalah waktu fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi maka
semakin asam rasa tape yang dihasilkan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Astawan (2004), menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi
tape, maka alkohol dan asam yang dihasilkan semakin banyak. Namun jika terlalu
lama maka terjadi over fermentasi dan menjadi rusak.
b.
Aroma
Dari hasil uji
organoleptik aroma paling disukai adalah
tape singkong kelompok 3. Aroma tape juga sangat dipengruhui oleh waktu
fermentasi. Lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap kadar etanol. Tape
memiliki aroma yang khas yaitu sedikit beralkohol (Astawan, 2010).
c.
Tekstur
Tekstur tape terbaik yaitu pada kelompok empat dimana tape tidak begitu
berair, dan tidak terlalu lembek hasilnya. Daam fermentasi semakin lama waktu
fermentasi dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang semakin banyak.
d.
Warna dan
penampakan
Warna dari fermentasi tape pada singkong diengaruhi oleh jenis singkong
yang digunakan untuk difermentasi dan proses perebusan singkong. Penampakan
dari singkong akan dipengaruhi oleh kandungan zat yang terdapat dalam singkong, waktu
fermentasi dan jumlah ragi yang digunakan.
Proses
fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat
tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
1. Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula
sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
2. Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
3. Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui
proses oksidasi alkohol.
4. Sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk
ester yang memberi cita rasa pada tape.
BAB
V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembuatan tapai teridri
dari pembersiahan bahan baku dari yang tidak dapat konsumsi, perebusan ,
penirisan serta pendinginan, dan hinggaa pemberian ragi dan penyimpanan (
fermentasi ). Proses fermentasi tidak
hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur,
cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik,
mudah dicerna dan bergizi. Ciri-ciri tape yang baik dan bermutu yaitu harum,
enak, legit, dan tidak menyengat karena terlalu tinggi kadar alkoholnya.
5.2.
Saran
Dalam praktikum
fermentasi ini sebaiknya praktikan bekerja selalu dalam keadaan steril agar
tape tidak terkontaminasi oleh mikroba lain yang dpat mengubah cita rasa dari
tape.
DAFTAR
PUSTAKA
Santoso.
2010 .Karakteristik Tape Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan Konsentrasi
Ragi Yang Berbeda. Journal. Unwidha.Ac.Id/Index
Php/Magistra/Article/…/57Translate This Page. Diakses 12 April 2013.
Astawan,
Made. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta: Tiga
Serangkai.
Hidayati, Darimiyya.
Dkk. 2013. Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada
Fermentasi Kulit SIngkong. Vol. 7 No. 1.
Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan
Teknik Budidaya Ubikayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai
Penelitian KacangKacangan dan Umbi-Umbian. Malang
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Bharata Jakarta.
BPS. 2013. Tanaman Pangan. Badan Pusat Statistik
Indonesia. Jakarta. 2 hlm.
Grace, M.R. 1977. Cassava Processing. Food and
Agriculture Organization of United Nations. Roma
Gardjito, Murdijati, dkk. 2013. Pangan Nusantara
Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Berlian, Zainal. Dkk. 2016.
Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih
Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi
yang Berbeda. Vol. 2 No. 1.
Hidayati, Darimiyya. Dkk. 2013.
Argointek. Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit SIngkong. Vol.
7 No. 1.
Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat
Bioteknologi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan
Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi. Vol.
6. No. 1.
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih,
Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius
Santosa, Agus. Prakosa, Cucut.
2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil Fermentasi Penggunaan
Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73.
Sutanto, Teja Dwi. Dkk.2006.
Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil
Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1
Lampiran
Gambar 1.
Penjemuran Ragi
|
Gambar 2.
Penghancuran Ragi
|
Gambar 3.
Pencucian Singkong
|
Gambar 4.
Singkong Dimasukan Kedalam Kukusan
|
Gambar 5.
Proses Pengukusan Singkong
|
Gambar 6.
Pendinginan Singkong Yang Telah di Kukus
|
Gambar 7.
Toples yang telah diberi daun
pisang
|
Gambar 8.
Singkong yang telah diberi ragi
|
Gambar
9.
Singkong
yang telah difermentasi selama 5 hari menjadi tape singkong
|